Jumatku Penuh Cinta Karena Ada Kamu
Cerpen - Pagi itu mataku sulit terbuka lebar, rasa kantuk datang menyerang tanpa bisa ditolak, aku memilih bersembunyi di belakang monitor komputer sambil sesekali memejamkan mata. Lagipula belum ada tamu yang memarkirkan kendaraannya di halaman kantorku, "mungkin karena hari masih begitu pagi" kataku dalam hati sambil melirik jam dipergelangan tangan. Beberapa meja rekan kerjaku juga masih ada yang kosong.
Sebagai karyawan yang bertugas di frontliner sebuah perusahaan penerbangan harusnya sih aku tetap duduk manis dan tahan ngantuk ya apalagi aku digaji untuk bekerja bukan buat tidur hihihi. Saat hampir saja terlelap diatas keyboard komputerku, sebuah suara membuatku terjaga "Pagi mba, saya mau cari tiket ke Padang" aku mengangkat kepala dan melihat seorang pria berdiri di depan meja kerjaku, aku langsung menyambutnya dengan hangat dan mempersilahkannya duduk.
"Penumpang pertamaku nih hari ini, yuk ah semangat" kataku dalam hati, langsung dong rasa kantukku hilang dan mulai bekerja dengan semangat, ketika sudah deal harga dan siap mencetak tiketnya, aku baru sadar kalau mahluk yang duduk di depan ku ini ternyata masih muda dan seumuran denganku. Kulitnya bersih, badannya tinggi dan tidak terlalu gemuk. Jaket berwarna coklat berbahan coduray melekat di tubuhnya. Dia hanya sibuk memainkan ponselnya saat aku mengerjakan tiket pesawat yang dipesannya.
Tak banyak cakap, karena diapun bicara seperlunya, setelah itu aku hanya bisa melihat punggungnya pergi berlalu. Meninggalkan aroma parfum yang terasa nyaman dihidungku. Tak ada kesan lain, sama seperti penumpang lainnya yang datang ke kantorku. Hanya datang dan pergi
3 jam berlalu, bayangan jaketnya melintas di benakku eh maksudku bayangan wajahnya, sempet bingung sih kenapa jadi inget dia yah? apa karena dia masuk ke dalam tipe cowok idamanku yah, secara selama ini pengen banget punya cowok yang tinggi putih dan kalem kaya mister passanger tadi. Ganteng pula...
Tanpa aba-aba aku berusaha mencari nama pembeli tiket tadi dalam tumpukan invoice yang sudah menggunung dimeja kasir, gara-gara aku pula invoice dikasir jadi berantakan susunannya. Akupun mendapat bonus omelan dari supervisorku dan dihukum harus membereskannya lagi, aku sih manut aja apalagi saat informasi mahluk manis itu sudah dalam genggaman. Ternyata namanya Geri.
Di smartphone operasional kantor sudah kuketikkan nomornya tinggal kata-katanya, tapi galau mau nulis apa, duh aku ngomong apa ya sama dia, masa iya aku bilang begini
Tanpa aba-aba aku berusaha mencari nama pembeli tiket tadi dalam tumpukan invoice yang sudah menggunung dimeja kasir, gara-gara aku pula invoice dikasir jadi berantakan susunannya. Akupun mendapat bonus omelan dari supervisorku dan dihukum harus membereskannya lagi, aku sih manut aja apalagi saat informasi mahluk manis itu sudah dalam genggaman. Ternyata namanya Geri.
Di smartphone operasional kantor sudah kuketikkan nomornya tinggal kata-katanya, tapi galau mau nulis apa, duh aku ngomong apa ya sama dia, masa iya aku bilang begini
"Mas, kenalan dong"
"Mas, mau beli tiket lagi enggak?" atau
"Mas, rumahnya dimana?" wah jatuh dong harga diriku sebagai wanita
Daripada bingung, kuletakkan lagi smartphone itu dan bersiap untuk istirahat, setelah makan dan sholat zuhur aku ambil lagi smatphone berwarna biru di meja operasional kantor dan mulai mengetik "Selamat siang pak Geri, besok jangan lupa untuk melakukan cek in 1 jam sebelumnya ya" lalu dilanjutkan dengan namaku dibawahnya. SMS pun terkirim, deg degan menunggu jawaban, dibalas apa enggak ya? terus enggak di bales akhirnya aku menelponnya dan itu pakai MODAL NEKAT banget.
Begitu suara disana terdengar mengangkat telepon, langsung dong jantung aku lari sana sini saking girangnya, tapi aku berusaha menahan grogi dengan inhale exhale sebanyak 3x. Saat itu aku bilang padanya persis seperti kata-kata di sms sebelumnya dan ditambahkan dengan "Nanti kalau ada trouble di bandara bisa telpon saya, tapi jangan kesini karena ini nomor kantor, nanti saya kasih nomor pribadi ya via sms". Dia cuma jawab "iya, terimakasih" tetap datar dan enggak banyak cakap.
Aku mengetikkan kembali sebuah pesan SMS, kali ini dari smartphone pribadiku untuk memberitahu nomor telponku. Reaksinya gimana? tetap cool dan enggak menunjukkan kalau dia tertarik sama aku, jangan-jangan dia udah punya pacar atau aku bukan tipe ceweknya hahahah...semua tebakan yang jelek-jelek berkumpul di kepalaku. Karena merasa dia cuek dan biasa aja, akupun akhirnya menyerah ditambah lagi kesibukan bikin aku lupa dengan mister passanger itu.
Hari berlalu, lupa sih tepatnya kapan, ada SMS masuk dan menanyakan tiket ke Padang lagi, aku melihat nama si pengirim sambil kucek-kucek mata, Geri akhirnya menghubungiku lagi, Yess! aku sambut dong dengan baik pelangganku "tersayang" ini, aku carikan tiket untuk bapak dan ibunya yang akan pergi mudik ke kampung halamannya di Padang.
Siangnya, dia datang untuk mengambil tiket tersebut dan kami sempat ngobrol sebentar, dari raut wajahku terlihat jelas kalau aku naksir tapi tetap harus jaim dong...nanti kalau ternyata dia udah enggak jomblo lagi, bisa patah hati aku karena cinta.
Pertemuan kedua lebih menyenangkan karena saat ngobrol ada beberapa kalimat yang dilontakan selain iya, tidak, sudah, maaf dan terimakasih. Dia lebih banyak cerita tentang perkerjaannya dan hari liburnya, ini sih yang sebenarnya aku ingin tahu, ternyata dia bisa libur di hari Jumat setiap Minggunya.
Keesokan harinya tepatnya hari Kamis Manis aku mencoba mengirim sebuah penawaran melalui SMS, "Besok libur kan, kita nonton yuk! Ada film baru lho" dengan MODAL NEKAT untuk kedua kali, enggak banyak berharap sih jawabannya iya, maklum sok cool nya masih melekat erat meskipun saat berkomunikasi lewat hape.
Pertemuan kedua lebih menyenangkan karena saat ngobrol ada beberapa kalimat yang dilontakan selain iya, tidak, sudah, maaf dan terimakasih. Dia lebih banyak cerita tentang perkerjaannya dan hari liburnya, ini sih yang sebenarnya aku ingin tahu, ternyata dia bisa libur di hari Jumat setiap Minggunya.
Keesokan harinya tepatnya hari Kamis Manis aku mencoba mengirim sebuah penawaran melalui SMS, "Besok libur kan, kita nonton yuk! Ada film baru lho" dengan MODAL NEKAT untuk kedua kali, enggak banyak berharap sih jawabannya iya, maklum sok cool nya masih melekat erat meskipun saat berkomunikasi lewat hape.
"Tingtong" ada SMS masuk menjelang makan siang, jawabannya "Boleh, pulang kerja jam berapa? nanti saya kesana" spontan aku langsung lompat-lompat kegirangan, tak sabar menunggu dating pertama kami.
Kencan Pertama Kami, SUKSES!
Jumat Berkah 10 tahun yang lalu, jadi Jumat pertama dalam hidupku yang penuh warna, momok menakutkan yang aku dengar dari teman-teman bahwa rata-rata tamu yang mengajak karyawan ticketing jalan bareng biasanya genit, mata keranjang dan suka mempermainkan wanita. Tapi ini enggak terjadi denganku.
Selain manis wajahnya, manis juga tingkah lakunya, sopan bicaranya dan rajin euy sholatnya. Saat aku lupa memakai jaket, dia rela memberikan jaketnya kepadaku agar tetap hangat saat berada di dalam bioskop, ndilalahnya film pertama kami waktu itu adalah film bergenre horor jadi kebayang kan bentar-bentar aku tutup mata sambil teriak-teriak. Malu sih sebenarnya apalagi itu kencan pertama.
Bioskop TIM di Cikini menjadi tempat bersejarah buat kami, itupun pertama kalinya aku menginjakkan kakiku disitu, bersamanya! Dating pertama kami sukses, tak ada perlakuan kurang ajar dari sosok manis ini, aku merasa sangat dihargai, kesan pertama tentang dia adalah laki-laki yang baik. Okelah kalo begitu mari kita Lanjutkan!
Sejak saat itu kami intens melakukan chat via SMS dan telponan setiap malam, kadang bisa sampai 1 jam kami ngobrol tentang berbagai hal. Acara nonton bioskop pun jadi agenda kami setiap Jumat ketika dia libur dan tidak berhalangan, tapi udah enggak di TIM lagi, kami lebih sering ke Metropole, sesekali kami juga makan bareng di food street sekitaran Cempaka putih sebelum dia mengantarku pulang.
Jadi kalian pacaran nih?
Entahlah, dia belum pernah "nembak" aku sih apalagi bilang cinta selama kami jalan bareng, tapi dari semua perbuatannya, aku bisa merasakan kasih sayangnya atau mungkin cintanya. Aku cuma inget lagunya Ed Sheeran yang judulnya "Thinking Out Loud" salah satu syairnya bilang begini "People fallin love in mysterious way, maybe just the touch of my hand" jadi menurut aku sih genggaman tangannya, gandengan tangannya dan perhatiannya menunjukkan kalau kami sedang sama-sama jatuh cinta.
Tapi yang namanya wanita selalu butuh kepastian, ingin sekali aku dengar kata cinta darinya, karena aku sudah menyampaikan rasa cintaku lewat bibirku, tetapi kata itu tak kunjung tiba malah kami semakin jauh dan tidak pernah bertemu lagi, aku paham sih kondisinya yang sedang meniti karir tapi rasanya enggak perlu 1 jam untuk ungkapkan cinta, 5 menit pun jadi. Dan kupastikan akan terus setia menunggumu hingga kamu siap melamar.
Sampai akhirnya sebuah lamaran datang lebih dulu dari kakak kelasku di SMP, ibu memintaku untuk segera menikah. Akupun menurut dan harus mengubur jauh-jauh harapanku untuk bersamanya. Setelah 10 tahun berlalu aku masih gagal bersembunyi dari semua kenangan indah kami, dan sayangnya...aku masih berharap suatu saat bisa bertemu lagi dengannya dan menanyakan satu hal ini "Will your mouth still remember the taste of my love?"
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tahun berganti dan aku masih menyimpan nomor ponselnya, sayangnya aku gagal menghubunginya di nomor tersebut. Adakah cara lain? Aku mengetikkan namanya di akun Facebook dan mulai searching, Alhamdulillah dapat! Dari situlah aku mendapatkan nomor yang masih aktif, dan rejekinya...kami dapat melanjutkan komunikasi meskipun hanya menanyakan kabar dan statusnya yang kini sudah tak sendiri lagi.
Setelah 10 tahun...
Tak perlu lama-lama untuk mengenalinya, karena tak banyak yang berubah darinya, sisanya? semua masih sama, wajahnya, senyumnya, candanya dan nasehatnya yang dulu selalu menjadi peganganku saat masih labil. Kalo dari postur tubuhnya dia masih tetap tinggi menjulang hanya tak sekurus dulu. Kemeja batik slim fit nya membuatnya tampak semakin handsome, kacamata yang digunakan pun membuatnya terlihat sangat kebapak-an.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tahun berganti dan aku masih menyimpan nomor ponselnya, sayangnya aku gagal menghubunginya di nomor tersebut. Adakah cara lain? Aku mengetikkan namanya di akun Facebook dan mulai searching, Alhamdulillah dapat! Dari situlah aku mendapatkan nomor yang masih aktif, dan rejekinya...kami dapat melanjutkan komunikasi meskipun hanya menanyakan kabar dan statusnya yang kini sudah tak sendiri lagi.
Aku bahagia dan lega saat mengetahui kalau ia telah menemukan pendamping hidup. Oiya jangan tanya kenapa aku masih menyimpan nomor keramatnya, jujur aku gagal bersembunyi, dan semua yang aku rasakan tersampaikan dalam sebuah lagu yang dinyanyikan oleh The Rain di sebuah radio saat aku sedang menyetir mobilku menuju tempat kursusku di daerah Salemba. Mau tau syair lagunya?
The Rain "Gagal Bersembunyi"
hei!
apa kabarmu jauh di sana? tiba-tiba teringat cerita yang pernah kita upayakan
ku pikir aku berhasil melupakanmu
berani-beraninya kenangan itu datang tersenyum
meskipun jalan kita tak bertemu tapi tetap indah bagiku
semoga juga bagimu
kau tahu aku merelakanmu, aku cuma rindu...aku cuma rindu
takkan mencoba tuk merebutmu...aku cuma rindu
itu saja
gagal, kali ini gagal bersembunyi
di balik kata-kata bijak yang selalu mampu membuat aku terlihat tangguh
padahal hancur lebur harapan yang terlanjur ku percaya
ahaaa haaa
Setelah 10 tahun...
Tak perlu lama-lama untuk mengenalinya, karena tak banyak yang berubah darinya, sisanya? semua masih sama, wajahnya, senyumnya, candanya dan nasehatnya yang dulu selalu menjadi peganganku saat masih labil. Kalo dari postur tubuhnya dia masih tetap tinggi menjulang hanya tak sekurus dulu. Kemeja batik slim fit nya membuatnya tampak semakin handsome, kacamata yang digunakan pun membuatnya terlihat sangat kebapak-an.
Sebenarnya...pertemuan hari ini ini tak sengaja direncanakan, sebuah kebetulan yang pas membuat kami akhirnya bisa bertemu kembali. Berbeda dengan 10 tahun yang lalu, dimana hampir setiap hari Jumat kami selalu menghabiskan waktu bersama sepulang kerja, meskipun hanya nonton bioskop atau makan di street food sekitaran Salemba.
Dan hari ini, kami menghabiskan secangkir kopi sambil ngobrol seru tentang kegiatan kami masing-masing di salah satu sudut Maxx Coffe lalu melanjutkan obrolan tentang banyak hal di sebuah restoran yang terletak di lokasi yang sama. Dan sejak hari ini pula tali silaturahmi kami kembali terjalin dengan sempurna. Hanya sebagai sahabat tentunya, tak boleh lebih.
Tanpa terasa satu setengah jam sudah kami bercengkrama, dia harus kembali ke kantornya dan aku harus menuju tempat workshopku yang juga tak jauh dari situ. Kami berpisah di lobby setelah sebelumnya sebuah jabat tangan hangat memisahkan kami. Thanks GOD, hari ini terasa lengkap karena ada kopi dan kamu.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke www.indrifairy.com
Jangan lupa tinggalkan komentar ^_^