Tanggal 7 April 2022 lalu kita baru saja memperingati Hari Kesehatan Sedunia yang mengusung tema "Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta". Seperti kita ketahui bersama tema ini penting diangkat karena hingga saat ini kusta masih menjadi issue yang luput dari perhatian. Padahal penyakit kusta masih ada di antara kita.
Hal ini terbukti bahwa hingga saat ini Indonesia tetap menempati urutan ke-3 sebagai penyumbang kasus baru Kusta di dunia dengan 17.000 kasus baru per tahun. Selain itu, berbagai permasalahan juga masih dirasakan oleh orang-orang yang mengalami Kusta. Dari masalah fisik, psikologis, mental dan sosial, baik pada pasien kusta, keluarga, hingga masyarakat disekitarnya.
Seperti pada gelaran talkshow sebelumnya, Ruang Publik KBR bisa kita simak di 100 radio jaringan KBR di seluruh Indonesia, dan Aceh hingga Papua, dan 1042 MST FM Jakarta, atau live streaming via website kbrid dan youtube Berita KBR. Dibuka oleh Inez Nirmala, penyiar Radio KBR yang memperkenalkan 2 orang narasumber yang berkompeten di bidangnya, mereka yang hadir pada pagi hari itu adalah sebagai berikut :
- Dr. dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Sp.KK, M.Kes, Dipl-STD HIV FINSDV - Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)
- R. Wisnu Saputra, SH., S.I.Kom-Ketua Bidang Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kab. Bandung
Memaknai Hari Kesehatan Sedunia
Paparan pertama dibuka oleh Dr.dr.Flora yang menyampaikan dengan gamblang kondisi pasien Kusta yang saat ini masih terdiskriminasi dan terstigma oleh lingkungan sekitarnya, untuk itu momen Hari kesehatan Sedunia bukan sekedar selebrasi belaka tetapi harus dimaknai secara mendalam dan menyeluruh berupa perhatian pada kesehatan fisik (kasat mata),mental health dan kesehatan sosial terutama pada pasien kusta.
Seperti kita ketahui bersama, pasien dengan penyakit Kusta sangat mudah dikenali dari penampilan fisiknya sehingga seringkali dijauhi masyarakat bahkan pasangannya sendiri. Padahal menurut Dr.dr.Flora, penyakit Kusta adalah penyakit infeksi menular yang paling tidak menular, artinya penyakit Kusta akan menular jika kita melakukan kontak erat yang lama 5-10 tahun dengan pasien kusta yang belum diobati, bersentuhan kulit, kecipratan bersin terus menerus selama 5-10 tahun.
Namun resiko akan semakin kecil tertular jika kita berdekatan dengan pasien Kusta yang sudah diobati, sayangnya...masyarakat masih memberikan stigma negatif sehingga pasien Kusta juga mengalami penurunan kondisi sosial akibat dipecat dari pekerjaan, sehingga tak ada biaya untuk berobat karena pendapan menurun
Baca Juga : Kupas Tuntas Mitos & Fakta Tentang Kusta
Ada 4 (empat) kategori penting yang harus menjadi perhatian khusus jika ingin memperingati dan memaknai Hari Kesehatan Sedunia terhadap penderita Kusta yaitu :
- Kesehatan holistik (fisik)
- Mental
- Sosial
- Spiritual
Lalu bagaimana tanggapan Wisnu R Saputra tentang memaknai peringatan Hari Kesehatan Sedunia tahun ini? Sebagai seorang Jurnalis, untuk memaknainya lebih menekankan dengan membangkitkan isu tentang kesehatan serta perhatian khusus pada penyandang disabilitas karena penyakit kusta, disinilah tugas Jurnalis berperan sebagai perantara untuk mengedukasi masyarakat melalui pesan yang komprehensif, mengkampanyekan seputar penderita kusta yang terstigma dan terdiskirimninasi
Wisnu juga menyampaikan cara menggaungkan seputar isu Kusta yaitu dengan melakukan edukasi ke masyarakat melalui tulisan, video yang dibuat dengan rasa agar dapat diterima masyarakat. Karena menjadi disabilitas bukan sebuah keinginan, jika bisa memilh orang ingin hidup sehat dan normal.
Pentingnya Bersinergi Untuk Indonesia Bebas Kusta
Dalam upaya mengedukasi masyarakat dan memutus mata rantai penularan Kusta secara komprehensif di masyarakat, Kolaborasi Pentahelix yang melibatkan lintas sektor perlu dilakukan, di antaranya melibatkan akademisi, pemerintah, pelaku bisnis, komunitas hingga media. Diskriminasi adalah masalah yang krusial ditambah lagi minimnya pemberitaan masalah kusta, untuk itu kita tidak bisa bergerak sendirian dalam mengedukasi masyarakat.
Peran profesi Dokter dengan wartawan sebenarnya sama yaitu mengedukasi, mengetuk dan menginformasikan kepada dunia melalui konseling, informasi dan edukasi yang dapat dilakukan melalui media yang cocok juga banyak digunakan oleh target sasaran
Misalnya saat pengadaan penyuluhan ke daerah endemi Kusta, para dokter juga harus kolaborasi dengan tokoh masyarakat setempat bahkan pemuka agama. Berbeda dengan edukasi yang dilakukan kepada Gen X,Y, Z akan lebih tepat sasaran jika menggunakan Podcast, IG Live, Webinar, jadi penting untuk melihat audiense nya terlebih dahulu.
Baca Juga : Jumlah Dokter Kian Berkurang, Bagaimana Nasib Pasien Kusta
Pada dasarnya seseorang terkena kusta tergantung pada 3 hal ini, yaitu :
- Karakteristis kuman atau aspek biologis
- Aspek imunologis
- Aspek lingkungan
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke www.indrifairy.com
Jangan lupa tinggalkan komentar ^_^