Siang itu senyum ibu tiba-tiba sumringah ketika saya menyempatkan diri untuk singgah dirumahnya dengan memakai outer batik buatannya, "Mau kemana toh mba, kok rapih banget?" Tanya ibu sambil memberikan punggung tangan kanannya untuk saya cium. Lalu saya jawab dengan wajah gembira "Mau nonton fashion show bu, katanya sih ada Ghea Panggabean juga, Ibu mau titip salam enggak?" Dia langsung tersipu malu saat itu, mungkin teringat masa remajanya yang bercita-cita ingin menjadi seorang desainer namun kandas karena faktor ekonomi.
Kegagalan dalam mewujudkan cita-citanya tersebut tidak lantas membuat beliau patah arang, sambil menunggu pengumuman masuk ke Perguruan Tinggi, Ibu ikut kursus menjahit di pusat kota Purwokerto selama 6 (enam) bulan hingga akhirnya dia lulus dengan hasil yang sangat baik dan siap menerima pelanggan dirumah
Setelah menikah dan harus ikut suami hijrah ke Jakarta, Ibu saya tetap melanjutkan hobinya menjahit dan mulai menerima pelanggan di sekitaran rumah Tebet, alhamdulilah banyak yang cocok dengan jahitannya, namun di tengah kesibukannya menjahit baju, sesekali Ibu menyempatkan diri ngobrol ringan dengan saya yang sedang membantunya membereskan potongan kain sisa jahitan di atas lantai.
Obrolan ringan tersebut sering berupa candaan hingga kami tertawa lepas bersama, misalnya saja tentang profesinya sekarang yang menurut beliau sangat berbeda jauh dengan cita-citanya dulu, seringkali saya bertanya beda penjahit dan desainer itu apa sih bu? Lalu dengan lugas ibu menjelaskan.
Menurutnya perbedaan penjahit dengan fashion desainer adalah pada tugasnya, seorang penjahit bertugas membuat pola, memotong bahan lalu menjahitnya dengan benang sedangkan fashion desainer bertugas membuat desain pakaian yang akan dibuat, desain ini nantinya juga akan membutuhkan tangan-tangan para penjahit agar hasil karya mereka bisa dinikmati oleh orang lain.
Kenangan manis itu masih teringat jelas diingatan saya, apalagi outer batik yang saya pakai saat ini adalah hasil karya ibu. Sosok pribadi yang pantang menyerah untuk meraih mimpinya di dunia fashion bagaimanapun caranya, terlebih ketika acara yang akan saya datangi hari itu berkaitan dengan dunia fashion. Semakin bahagialah saya, secara...udah kepo maksimal banget, ingin tahu lebih banyak bagaimana perjalanan seorang fashion desainer seperti Ghea Panggabean bisa eksis di dunia fashion selama lebih dari 40 tahun. Dan semua jawabannya saya temukan dalam sebuah acara bertajuk UIC for HOPE FESTIVAL yang digelar di Neo Soho Mall Jakarta Barat pada hari Sabtu 18 Juni 2022 lalu
UIC for HOPE Festival
USG Education melalui salah satu program pendidikan internasionalnya UIC College bekerjasama dengan HOPE (Gelang Harapan) selenggarakan Fashion Show 3 (three) Generations yang merupakan bagian dari serial UIC for HOPE Festival dengan tema Reinventing Heritage. Fashion show ini merupakan suatu gerakan yang bertujuan meneruskan tradisi mengangkat budaya Indonesia dan menjaga kesinambungan alam lintas generasi.
USG Education menyadari bahwa upaya untuk menggerakkan dan meningkatkan kreatifitas serta inovasi memerlukan kebersamaan, sinergi dari semua pihak. Salah satunya adalah melakukan kolaborasi berkelanjutan Bersama HOPE (Gelang Harapan). Sinergi ini ini telah menjadi wadah bagi para siswa UIC College sebagai salah satu program Pendidikan dari USG Education dalam mengekpresi karyanya serta turut serta dalam kepedulian terhadap bangsa Indonesia melalui Festival Seni Lintas Generasi di bidang Fashion, Desain, dan Musik.
Festival yang berlangsung mulai hari Jumat 17 Juni 2022 hingga hari Minggu 19 Juni 2022 kemarin, tak hanya menghadirkan gelaran Fashion show saja tetapi juga bertabur ilmu dari sesi Talkshow yang digelar selama berlangsungnya acara, juga bertabur hiburan dalam acara Live musicnya, kebetulan saya hadir pada Hari Sabtu 18 Juni 2022 dimana hari tersebut menjadi puncak acara rangkaian UIC for HOPE Festival. Beberapa narasumber yang akan mengupas tuntas tentang acara ini telah hadir di atas panggung, mereka adalah :
- Ghea Panggabean, Fashion Desainer
- Ghea Resort by Amanda Janna
- Rinda Salmun
- Adhirama Gumay, President Director of USG Education
- Aimee Sukesna, Head of USG Education BSD Campus
- Graciella Violetta, UIC Fashion Students
Sesi talkshow dibuka oleh Wulan Guritno sebagai pendiri dari HOPE (Gelang Harapan), menurutnya "Acara UIC for HOPE Festival ini merupakan bagian dari program Future Warrior of HOPE yang di laksanakan Gelang Harapan untuk meneruskan visi dan misi kami dalam menyebarkan kasih sayang dan harapan terhadap berbagai pihak yang membutuhkan melalui gerakan sosial "
Untuk meneruskan visi misi HOPE (Gelang Harapan), kami harus selalu beregenerasi dengan generasi muda yang produktif, agar gerakan kami tetap berkesinambungan, dan teman-teman baru dari UIC College menjadi salah satu jembatan untuk Gelang Harapan tersebut.
Saya setuju dengan pernyataan Wulan bahwa siswa siswi UIC College ini merupakan generasi muda yang produktif, hal ini dapat kita buktikan lewat eksibisi yang menampilkan hasil karya para siswa UIC College dan HOPE yang diperkuat dengan beragam hasil karya kreatif dalam bidang UMKM Bisnis, Fashion, Desain, dan Musik serta penggalangan dana untuk penderita kanker yang membutuhkan.
Pada kesempatan yang sama, 4 (empat) orang siswa UIC College of Fashion BSD yaitu Beverly Hanson, Jennifer Patrecia, Patrecia Saputra dan Graciella Violetta sukses unjuk kebolehannya dalam dunia fashion desainer lewat karya yang luar biasa. Talenta keempat siswa tersebut tentunya mendorong keingintahuan kita seputar kampus yang satu ini. Seperti apa sih pandangan UIC College tentang talent-talent hebat yang berhasil membanggakan almamaternya ini
Exhibition |
Hadir dalam sesi talkshow Adhirama Gumay selaku Presiden Direktur USG Education yang menyampaikan bahwa "Kelangsungan industri kreatif salah satunya fashion tanah air harus disokong oleh generasi penerus yang akan memegang tongkat estafet, baik dari sisi akademik, kemampuan serta memiliki wawasan global. Tak hanya bermodalkan kreativitas, bibit-bibit baru dituntut memiliki kemampuan sebagai pelaku bisnis fashion yang mumpuni. Ajang seperti ini merupakan langkah nyata dalam menghasilkan talenta baru yang akan menjadi generasi penerus para desainer terkemuka Indonesia, berbasis kearifan lokal dengan mengikuti selera global serta mendukung UMKM di Indonesia".
Selain bapak Adhirama, ibu Aimee Sukesna selaku USG Education Head of BSD Campus juga turut menyampaikan pandangannya "Selain kreativitas dalam membuat rancangan busana, ada berbagai kompetensi yang diperlukan untuk membuat koleksi fashion dengan daya saing tinggi. Untuk itu generasi penerus industri fashion harus memiliki kemampuan menciptakan konsep tata busana yang berkarakter, melalui desain yang otentik dan juga mempunyai pengertian akan bisnis dan branding. Selain itu pemilihan materi yang mendukung kesinambungan, dan juga desain yang mempunyai pesan khusus, membuat satu koleksi mempunyai nilai lebih di pasar domestik bahkan internasional"
Kemudian sosok ibu guru yang menjadi sumber informasi dan inspirasi tersebutlah nama Rinda Salmun, Pentingnya menjaga kesinambungan alam juga di terapkan oleh Rinda Salmun. Sebagai merek fesyen yang menonjolkan kepribadian personal pemakainya, Rinda Salmun melihat banyaknya efek positif besar dunia fesyen terutama untuk kemajuan ekonomi bangsa
Host, Graciella Violetta, Rinda Salmun, Aimee Sukesna |
Tetapi tidak dapat di pungkiri bahwa bahwa ada ada hal lain yg perlu diperhatikan terkait kelangsungan lingkungan. seperti pencemaran alam yang dapat disebabkan oleh produksi berlebihan. Untuk itu Rinda Salmun selalu mengedepankan konsep "Upcycling" dan "Zero Waste" dalam produksinya dengan menggabungkan daur ulang, dan pemilihan materi yang lebih ramah lingkungan.
"Hal ini dilakukan untuk menciptakan koleksi yang bergaya tetap tetap menjaga kesinambungan alam kita. Prinsip fesyen berkesinambungan ini juga yang saya terapkan pada siswa UIC College ketika menjadi dosen pembimbing dalam proyek "Reinventing Heritage" kata Rinda Salmun.
Betapa beruntungnya saya sore hari itu, bisa ikut menyaksikan langsung hasil karya siswi UIC College yang berlokasi dikawasan BSD tersebut tampil membanggakan dengan balutan fashion yang modern dan kekinian. Diusia yang terbilang belia, karya mereka sudah sangat luar biasa, tentu saja semua ini berkat UIC College yang menanamkan kepada siswa tentang kecintaan terhadap budaya dan alam Indonesia sejak dini melalui kegiatan seperti UIC for HOPE Festival ini.
Adhirama Gumay, Ghea Panggabean |
Fashion Show Three Generation "Reinventing Heritage"
Acara puncak yang diadakan pada tanggal 18 Juni 2022 kemarin menampilkan Fashion Show Three Generations dengan tema REINVENTING HERITAGE. Perancang Busana dalam tema "Reinventing Heritage" terdiri dari desainer senior Ghea Panggabean yang telah 40 tahun berkarya dan senantiasa mengangkat tekstil dan budaya Indonesia dalam setiap rancangannya.
Selama lebih dari 40 tahun mengangkat tekstil dan budaya Indonesia dan mentranslasikannya ke dalam gaya fashion masa kini. Untuk acara UIC for Hope Festival kali ini Ghea mengangkat Kain Cual atau yang kerap disebut Tenun Cual, kain tenun tradisional khas Bangka Belitung. Dulu kain ini sering digunakan oleh kaum bangsawan keturunan Ence' Wan Abdul Haiyat di Kampung Petenon, pada abad ke-18.
Amanda Janna |
Ghea juga menampilkan koleksi wayang beber dalam warna - warna baru yang ditranslasikan ke dalam gaya masa kini diatas bahan chiffon yang nyaman dan eksklusif. Wayang beber adalah seni pertunjukan wayang yang penyajiannya diwujudkan dalam bentangan lembaran kertas atau kain bergambar dengan stilisasi wayang (kulit) disertai narasi oleh seorang dalang. Cerita yang ditampilkan diambil dari Mahabharata maupun Ramayana.
Ghea Panggabean berharap dapat terus melestarikan kain dan budaya Indonesia melalui rancangannya dan mengispirasi generasi penerus untuk mencintai dan melestarikan budaya Indonesia dengan terus menciptakannya.
Fashion by Ghea Panggabean (Source : Instagram @neosohomall) |
Fashion by Rinda Salmun (Source : Instagram @neosohomall) |
Fashion by Ghea Resort (Source : Instagram @neosohomall) |
Kemudian Ghea Resort by Amanda Janna yang senantiasa menyebarkan kesadaran mengenai alam dan budaya Indonesia, dengan tema Harimau Sumatra dan Suku Mentawai. Dan juga Rinda Salmun yang mengangkat tema "Sustainability" di dunia fashion. Acara yang dihadiri para pelaku industri, professional serta komunitas fashion di Indonesia berhasil memukau para undangan dan hadirin yang hadir melalui berbagai rancangan dengan konsep yang mengeksplorasi kekayaan lokal dan di applikasikan dalam elemen desain seperti motif, material dan warna yang menangkap selera pasar masa kini. Tampilan 3 generasi ini mewakilkan serta mewariskan gaya dan mode dengan ciri khas masing -masing, termasuk perjalanan mode yang ingin diwariskan oleh Ghea Pangabean kepada para kaum muda generasi masa kini.
Perhelatan yang dilakukan di Neo Soho Central Park, Jakarta Barat ini bukan hanya menjadi showcase, tapi juga menyediakan wahana untuk menimba ilmu dari para pakar Industri Kreatif yang telah mendunia. Dunia fashion di Indonesia saat ini sudah semakin berkembang. Industri fashion menjadi daya tarik budaya tersendiri, yang mempu menambah pendapatan nasional suatu bangsa. Buat saya pribadi, hadir dan ikut menyaksikan acara ini menjadi kebanggaan tersendiri terlebih melihat karya anak bangsa yang siap mendunia.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke www.indrifairy.com
Jangan lupa tinggalkan komentar ^_^