Cegah Malnutrisi Lewat Asupan Gizi Seimbang Untuk Wujudkan Indonesia Sehat

Memiliki tubuh yang sehat tentu menjadi dambaan semua orang, dan untuk memilikinya dibutuhkan kebiasaan baik agar kesehatan kita tetap terjaga, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan seperti menerapkan gaya hidup sehat, yakni mengkonsumsi makanan bernutrisi seimbang, menjaga pola makan, mengelola stress dan aktif secara fisik. Beberapa hal tersebut jika dilakukan rutin akan meningkatkan kualitas hidup sehingga tidak gampang sakit dan imun lebih kuat. Ingat ya Bu! Lebih baik mencegah daripada mengobati

Meskipun terkadang pepatah "mencegah lebih baik daripada mengobati" hanya sebuah tulisan yang sering kita baca pada dinding Rumah Sakit namun sebenarnya kalimat tersebut lebih kepada peringatan atau imbauan bahwa lebih baik berusaha mencegah terjadinya hal buruk daripada harus memperbaiki hal buruk yang sudah terjadi. Karena jika sudah terjadi, akan berdampak lebih banyak tak hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk orang lain termasuk Negara

Fyi, dalam bidang kesehatan, Indonesia masih memiliki banyak PR besar yang perlu di selesikan guna mewujudkan Indonesia Emas 2045 yaitu Stunting, Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Malnutrisi. Ketiganya itu sama-sama penting untuk di cegah, terutama kasus Malnutrisi yang bisa terjadi pada semua usia, mulai dari anak-anak usia dini, ibu hamil dan orangtua lanjut usia (lansia).

Oleh karena itu edukasi seputar pencegahan malnutrisi sangat penting diberikan untuk masyarakat agar mereka paham dan mendapatkan info yang valid bukan hoax. Seperti edukasi  yang digelar oleh INA baru-baru ini melalui sebuah acara Media Workshop yang mengupas tuntas Malnutrisi yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Nutrisi Indonesia (INA) dan Nutricia Sarihusada.  Nah siapakah INA dan apa saja edukasi yang diberikan? Mari simak bersama.

Pekan Sadar Malnutrisi 2024 : Wujudkan Indonesia Sehat 

Sebelum masuk lebih jauh ke dalam acara, mari kita bahas pengertian dari Malnutrisi dan fakta-faktanya. Menurut WHO Malnutrisi adalah kekurangan, kelebihan atau ketidakseimbangan dalam asupan energi maupun nutrisi seseorang. Malnutrisi merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia, terutama pada anak-anak dan ibu hamil. Laporan SKI menyatakan bahwa angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 sebesar 21,5 persen, hanya turun 0,1 persen dari sebelumnya, sehingga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang tertinggi di Asia Tenggara

Faktor kemiskinan, kurangnya akses terhadap pangan bergizi, rendahnya pengetahuan tentang gizi, serta ketidakmerataan layanan kesehatan menjadi penyebab utama dari malnutrisi di berbagai wilayah Indonesia. Saat ini, malnutrisi merupakan salah satu masalah kesehatan yang signifikan dan memerlukan perhatian dan upaya bersama, terutama di 1000 hari pertama kehidupan anak.

Dengan mengusung tema "Wujudkan Indonesia Sehat dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini", Pekan Sadar Malnutrisi didukung oleh Nutricia Sarihusada serta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebagai salah satu pelopor pendidikan kesehatan di Indonesia guna memberikan edukasi atau sosialisasi kepada masyarakat mengenal dampak dan pencegahan malnutrisi di indonesia melalui asupan gizi seimbang sedari dini untuk mewujudkan Indonesia sehat.

Perhimpunan Nutrisi Indonesia didukung oleh Nutricia Sarihusada menggelar sebuah acara edukatif bertajuk Workshop Media bertepatan dengan peringatan Pekan Sadar Malnutrisi atau Malnutrition Awareness Week 2024 (MAW) yang jatuh pada tanggal 16-20 September 2024

Kegiatan edukasi atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak dan pencegahan malnutrisi ini digelar pada hari Selasa 17 September 2024 di Paloma Resto, Menteng Jakarta Pusat dengan menghadirkan 3 (tiga) orang narasumber yang berkontribusi langsung dalam Pekan Sadar Malnutrisi, mereka adalah sebagai berikut :

  1. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SPOK(K), President of INA (Indonesian Nutrition Association/ Perhimpunan Nutrisi Indonesia)
  2. Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-КОЕН, ММВ), Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 
  3. Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MICK, FRSPH, Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada

  • Strategi Dalam Mengatasi Malnutrisi Di Indonesia

Paparan pertama di acara Media Workshop pagi itu dibuka oleh dr. Luciana B. Sutanto, MS, SPOK(K), President of INA (Indonesian Nutrition Association/ Perhimpunan Nutrisi Indonesia), beliau memperkenalkan profil INA atau Perhimpunan Nutrisi Indonesia  (Indonesian Nutrition Association) yang didirikan pada tahun 2011 sebagai organisasi nirlaba yang kegiatannya didedikasikan untuk pengembangan ilmu nutrisi dan bidang terkait, baik di tingkat nasional maupun internasional. 

Melalui workshop, seminar, pertemuan tahunan yang diadakan oleh INA termasuk aspek pendidikan dan pelatihan, penelitian, dan publikasi di bidang ilmu nutrisi. INA juga akan mendorong kolaborasi erat di antara para pemangku kepentingan  yang terlibat di bidang nutrisi.

Perhimpunan Nutrisi Indonesia (Indonesian Nutrition Association/INA) telah berusaha dan berpartisipasi memerangi malnutrisi dengan melakukan berbagai kegiatan dengan menjadi salah satu duta kegiatan Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW) pada tanggal 16- 20 September yang diselenggarakan oleh American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) sejak 2017.

Pekan Kesadaran Malnutrisi adalah kampanye tahunan multi-organisasi yang dibuat oleh American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) dimana INA menjadi salah satu duta resmi MAW ASPEN sejak tahun 2020, untuk mendukung kegiatannya yaitu terkait peran penting nutrisi pada kesehatan dan pemulihan/penyembuhan. Kampanye ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya berdiskusi mengenai status gizi mereka dengan tenaga kesehatan, terutama ketika mereka dirawat di rumah sakit. Untuk informasi lebih lanjut, kita dapat mengunjungi www.nutritioncare.org/MAW.

Menurut Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K), "Malnutrisi jika tidak dikenali dan diobati, dapat memperburuk kondisi kesehatan individu, terutama mereka yang berisiko seperti orang tua, penderita penyakit kronis, dan pasien dengan infeksi. Malnutrisi bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik dan meningkatkan risiko kematian, tetapi juga memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan, seperti peningkatan biaya rawat inap dan rehabilitasi.” 

Beliau menekankan pentingnya mencegah malnutrisi sedini mungkin dengan meningkatkan kesadaran akan tanda-tanda malnutrisi, serta pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memastikan bahwa masyarakat Indonesia memahami dan dapat menerapkan pola makan dengan gizi seimbang agar kesadaran masyarakat tentang malnutrisi dapat meningkat secara lebih luas, sehingga tercipta generasi yang lebih sehat dan produktif di masa depan.

Di sesi penutup, Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K) mengajak masyarakat untuk bersama-sama kampanyekan Pekan Kesadaran Malnutrisi mulai dari sekarang dengan ikut serta dalam kegiatan Malnutrition Awareness Week seperti seminar, pelatihan, dan kampanye juga membagikan informasi edukatif melalui media sosial dan forum komunitas.

  • Peran Akademisi dalam Deteksi dan Pengentasan Malnutrisi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebagai salah satu pelopor pendidikan kesehatan di Indonesia turut menyumbangkan perspektifnya dari sisi akademisi terkait pencegahan serta penanganan malnutrisi di Indonesia. Dalam paparannya, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB menyebutkan bahwa "Malnutrisi bukan hanya kekurangan gizi. Malnutrisi dapat menyebabkan berbagai gangguan biologi pada orang yang mengalami malnutrisi".

Malnutrisi dapat dikenali dengan 3 (tiga) gejala berikut : 

  • Apabila terjadi penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan terakhir.
  • Apabila pada saat pengukuran berat badan kurang dari 90% berat badan ideal perdasarkan tinggi badan
  • Indeks massa tubuh (IMT) kurang dari 18,5

Pada kasus Malnutrisi juga seringkali terjadi penurunan sistim imunitas, penurunan mental, penurunan kekuatan otot dan fungsi jantung yang terganggu dan underdiagnosis, sehingga penanganan menjadi terlambat dan ini berdampak pada kegagalan dalam proses penyembuhan dan berujung pada peningkatan morbiditas dan kematian. 

Prof Ari Fahrial menambahkan "Malnutrisi dapat terjadi tidak hanya pada anak-anak tetapi juga pada orangtua akibat sering terganggu pencernaannya, gejala lain yang muncul akibat malnutrisi adalah kulit kering, rambut rontok dan tulang yang menonjol, untuk itu setiap dokter selalu bertanya seputar berat badan pasien saat sedang dirawat di Rumah Sakit untuk mendeteksi terjadinya Malnutrisi. Penyakit TBC, Kanker dan masalah pencernaan juga harus diawasi karena terkait dengan Malnutrisi"

Peran akademisi meliputi edukasi, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, Inovasi teknologi dan metodologi serta kebijakan dan advokasi melalui lembaga-lembaga seperti Kementerian Kesehatan, Badan Gizi Nasional dan Kementerian Sosial.

  • Pendekatan Kemitraan Kolaboratif

Pada paparan ketiga, ada Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MICK, FRSPH, Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada yang hadir untuk menyampaikan fakta di lapangan serta dampak dari Malnutrisi seperti kerentanan terhadap penyakit, gangguan pernapasan, gangguan kekebalan tubuh, penurunan kemampuan mental dan kerugian ekonomi

Bicara tentang kerugian ekonomi, untuk kasus malnutrisi dampak ekonomi akan terasa sangat nyata, berikut adalah beberapa diantaranya :

  1. Biaya Perawatan Kesehatan untuk Stunting: 15-20% dari total biaya kesehatan pada anak-anak di Indonesia Bappenas (2019), biaya medis per anak yang stunting diperkirakan sekitar Rp 6 juta per tahun
  2. Biaya Akibat Anemia pada Ibu Hamil: rata-rata biaya perawatan akibat anemia: Menurut estimasi Global Nutrition Report (2020), biaya medis tambahan untuk. perawatan ibu hamil dengan anemia di Indonesia bisa mencapai Rp 2 juta Rp 5 juta per kasus
  3. Biaya Kesehatan untuk Penyakit terkait Malnutrisi: UNICEF (2020), biaya perawatan rumah sakit untuk anak yang menderita diare berat akibat malnutrisi dapat mencapai Rp 2 juta - Rp 4 juta per episode, sementara infeksi saluran pernapasan dapat memakan biaya hingga Rp 5 juta per kasus

Total Beban Ekonomi pada Sistem Kesehatan sebanyak Rp 55 triliun per tahun dalam bentuk biaya kesehatan langsung. Dari aspek ekonomi, intervensi nutrisi merupakan salah satu investasi yang paling hemat biaya bagi human capital. Intervensi di bidang nutrisi dan perekonomian juga Collaborative Partnership

Secara global, WHO dan FAO merekomendasikan pentingnya integrasi sistem pangan dan orientasi kepada penyediaan makanan bergizi yang berkelanjutan hingga tingkat rumah tangga

6 Aksi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 

  1. Sistem pangan yang kokoh dan berkelanjutan untuk konsumsi makanan yang bergizi
  2. Integrasi pangan dan sistem kesehatan untuk menjamin akses pelayanan esensial
  3. Jaminan sosial dan pendidikan gizi
  4. Investasi untuk perbaikan gizi
  5. Lingkungan yang aman dan mendukung untuk pemenuhan gizi pada semua sasaran
  6. Penguatan tata kelola dan akuntabilitas sistem pangan dan gizi

Sesuai dengan target pemerintah dalam menuju Indonesia Emas 2045, dibutuhkan kesadaran dalam mengentaskan malnutrisi dalam mempersiapkan “Generasi Emas”  yang sehat, berkualitas dan berdaya saing. Upaya ini perlu keterlibatan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, tenaga kesehatan, serta masyarakat umum, guna bersama-sama menggalakkan edukasi dan intervensi gizi. 

Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH menyampaikan bahwa pencegahan malnutrisi merupakan langkah krusial untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan optimal pada anak, serta menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan. “Namun, untuk menghadapi permasalahan ini diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-profit, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencegahan malnutrisi. 

Sebagai salah satu perusahaan yang berkecimpung di bidang nutrisi, Nutricia Sarihusada berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui berbagai inisiatif untuk mencegah malnutrisi, karena gizi memainkan peran penting untuk membawa perubahan positif pada kesehatan dan kualitas hidup manusia. 

Melalui acara ini kita dapat menyimpulkan bahwa sebagai orangtua harus turut serta dalam mencegah terjadinya Malnutrisi lewat asupan gizi seimbang dan Adekuat untuk anak, begitupun juga pada ibu hamil untuk memenuhi asupan gizi selama kehamilan agar tidak terlahir generasi Stunting yang akan menambah PR negara. Mari bersama wujudkan Indonesia Sehat Dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini

7 komentar

  1. edukasi seperti ini memiliki dampak yang bagus untuk diketahui banyak orang, karena memerhatikan gizi ini, memang perlu kolaborasi semua pihak.

    BalasHapus
  2. Semoga awareness pentingnya nutrisi untuk anak-anak semakin luas ya, gak cuma di pulau Jawa aja, merata se-Indonesia.

    BalasHapus
  3. Bagus banget infonya ini semoga akan menjadi pelajaran berguna untuk ibu muda lainnya, aku pun ikutan belajar apalagi punya bayi lagi.

    BalasHapus
  4. Malnutrisi harus dicegah sedini mungkin, lewat edkasi kaya ini mudah-mudahan bisa mengurangi angka malnutrisi di Indonesia. Diperlukan kerjasama bebrbagai sektor termasuk blogger juga nih supaya edukasinya sampai ke masyarakat luas

    BalasHapus
  5. Malnutrisi tuh efeknya banyak banget ya, yang parah sih jadi stunting ya karena asupan nutrisi seimbang yang kurang.

    BalasHapus
  6. Edukasi seputar malnutrisi untuk masyarakat emang penting banget yah, agar masyarakat tahu dan sadar pentingnya sedari dini memberikan asupan gizi seimbang kepada anak dan keluarga untuk mencegah terjadinya malnutrisi

    BalasHapus
  7. Aku sangat menanti event ini di Surabaya
    Di sini butuh edukasi juga
    Program pemerintah kota juga bener bener untuk hindari stunting

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung ke www.indrifairy.com
Jangan lupa tinggalkan komentar ^_^